Kepulauan Meranti

Kepulauan Meranti

Cari Blog Ini

Selasa, 30 Oktober 2012

Pariwisata Riau

Mengintip Koto Sentajo, Gudangnya Tradisi Asli Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) mendapat bantuan PNPM Mandiri bidang pariwisata di tahun ini. Bantuan tersebut dialokasikan untuk pengembangan desa-desa yang menyimpan potensi sebagai sebagai wisata. Ada 3 desa di Kuansing yang mendapat bantuan tesebut. 

Diantaranya Desa Koto Sentajo, Desa Kasang dan Desa Bukit Pedusunan. Tapi diantaranya ketiga desa tersebut, Desa Koto Sentajo yang terletak di Kecamatan Kuantan Tengah memiliki keunggglan karena sudah ditetapkan 2 kali berturut-turut sebagai desa wisata. Koto Sentajo juga dikenal sebagai gudangnya tradisi dan budaya di Kuansing. Koto Sentajo memang menyimpan segudang kearifan lokal dan khasanah tradisi asli Kuansing. Salah satunya, di kota berpenduduk 1.220 orang ini terdapat Rumah Gadang suku-suku asli Kuansing. 

Diantaranya Rumah Gadang Suku Pitopang, Piliang, Chaniago dan Melayu. Ke empatnya merupakan suku besar di Kuansing. Rumah Gadang merupakan tempat perkumpulan bagi para keturunan suku. Saat Hari Raya Lebaran biasanya para keturunan berkumpul untuk sekadar bersilaturahmi. Rumah Gadang jadi tempat untuk bermusyawarah menyelesaikan berbagai masalah yang menyangkut adat diantara para keturunan suku. Kekhasan lain di Koto Sentajo yakni adanya Silat Pendekar Bertuah yang sudah berumur ratusan tahun. Konon ilmu Silat Pendekar Bertuah cuma bisa diwariskan kepada keturunan asli Pendekar Bertuah. Pewarisnya juga cuma satu orang di tiap generasi. Dan hanya di saat-saat tertentu saja si pewaris akan memperlihatkan ilmu silatnya kepada orang banyak. Di jantung desa terdapat Masjid Raudhatul Jannah yang berdiri sejak tahun 1800-an. Menurut cerita penduduk setempat, masjid ini dibangun dengan menggunakan 17 tiang kayu sebagai pondasi. Jumlah kayu pondasi melambangkan 16 hulu balang dan 1 ketua sebagai simbol Kenegerian Sentajo zaman dulu. 

Uniknya, untuk menyambung pondasi Masjid, tak ada satu buah pun paku yang terpakai. Konon, di ujung atas tiang utama penyangga masjid menampung air yang tak pernah kering meski terkena sinar matahari berhari-hari. Di dalam masjid juga masih terdapat mimbar pertama yang dipakai sejak masjid ini berdiri. Penduduk Koto Sentajo sangat memegang teguh tradisi yang sudah sejak desa berdiri. Ini terlihat dari arsitektur bangunan rumahnya yang masih bercirikan rumah asli rakyat Kuansing zaman dulu. Koto Sentajo juga memiliki panorama alam yang masih natural. Lahan persawahan yang hijau dan sebuah danau juga menghiasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
sederhana dan apa adanya... gak suka berbelit-belit..